RUMAH HIJAU SEBAGAI RUMAH SEHAT DITENGAH PANDEMI COVID-19
Merebaknya pandemi COVID-19 merupakan sebuah masalah besar bagi negara Indonesia. Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengungkapkan adanya penambahan kasus pasien yang terjangkit virus corona. Berdasarkan data yang dihimpun hingga Minggu (17/5/2020) pukul 12.00 WIB, ada 489 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir. Penambahan tersebut menyebabkan adanya 17.514 kasus Covid-19 di seluruh Indonesia, yang tercatat sejak pengumuman kasus pertama pada 2 Maret 2020, dan akan terus bertambah hingga mencapai puncaknya .
Hal inipun memicu berbagai ragam kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah di berbagai negara di seluruh dunia, salah satunya di Indonesia. Presiden Joko Widodo dan Kepala Daerah di beberapa daerah menghimbau agar masyarakat melakukan pekerjaan dari rumah atau Work From Home (WFH) sebagai bagian dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menghentikan penyebaran penularan dari virus covid-19, sehingga menekan bertambahnya korban jiwa dan bertambahnya pasien yang memerlukan fasilitas kesehatan yang sangat terbatas ketersediaanya.
Mayoritas masyarakat mendukung kebijakan pemerintah untuk mencegah penularan, akan tetapi disisi lain dengan dilakukannya (WFH) setelah merasakan hari demi hari rutinitas tersebut banyak dari kalangan merasakan jenuh, dan bosan hanya berada dirumah. Hal ini tentu menjadi kekhawatiran sendiri, karena dapat menurunkan tingkat kinerja dari sistem kekebalan tubuh.
Salah satu manfaat diterapkannya rumah hijau (Green Home) untuk bangunan sehat layak huni adalah agar terhindar dari sick home syndrome. Dari salah satu penelitian yang telah dilakukan, terbukti kualitas lingkungan di dalam bangunan hijau lebih baik dibandingkan bangunan konvensional dan dalam penelitian tersebut juga diadakan survey kepada pengguna bangunan yang menerapkan konsep bangunan hijau, menunjukkan bahwa pengguna bangunan merasa nyaman di dalam bangunan, produktivitas yang meningkat, dan terhindar dari penyakit yang berkaitan dengan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) – seperti asma
Dalam penelitian lain yang melakukan evaluasi pengguna bangunan sebelum dan sesudah berpindah ke bangunan hijau menunjukkan hasil yang selaras dengan penelitian yang sebelumnya disebutkan yaitu turunnya masalah dan komplain yang berkaitan dengan alergi pernapasan seperti asma, dan menunjukkan bahwa terjadi penurunan tingkat depresi dan stres sesudah berpindah ke bangunan yang telah mendapat sertifikasi bangunan hijau 5.
Dalam kondisi saat ini rumah hijau dan sehat secara nyata dapat mengurangi tingkat penyebaran tertular penyakit infeksi saluran pernapasan atas termasuk pandemi Covid-19, dikarenakan walaupun hampir keseluruhan waktu penghuninya berada di dalam rumah, mereka akan tetap dapat merasakan berintensitas dekat dengan alam dan sekitar, seperti halnya;
• Adanya pergantian udara segar yang dapat menghilangkan berbagai polutan (baik dari penguapan racun material rumah ataupun transmisi udara / sistem pernafasan manusia) di dalam rumah
• Mendapatkan langsung sinar matahari untuk penerangan alami dan manfaat asupan kebutuhan pro vit. D
• Manfaat kedekatan dengan alam sebagai bagian dari elemen penyembuhan (Self Healing) /ketenangan/relaksasi pada penghuni (Therapeutic)
Selanjutnya dalam penerapan rumah hijau tersebut, di Indonesia kita mengenal Green Building Council Indonesia (GBCI) yang telah didirikan sejak 2009, yang menghadirkan konsep penerapan bangunan hijau dan juga rating / penilaiannya. Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau untuk Rumah Versi 1.0 (Greenship Homes) tersebut memuat sistem perangkat penilaian bangunan hijau yang dapat digunakan sebagai self-assessment maupun sertifikasi bangunan hijau untuk rumah di Indonesia
Sebagai penutup penulis berharap semoga pandemi virus covid-19 segera usai sehingga kita dapat kembali beraktivitas secara normal seperti sediakala. Jangan lupa lindungi diri sendiri, stay safe and stay home if you can!
Penulis : Endra Kusramandha
Editor : Elistiana